Friday, January 23, 2009

Bicara Di Padang Merah




Adikku, seharian
kau menangis, tak terbendung lagi
hujan air matamu itu.
Sudahlah, usah kauhantar bonda ke syurga dengan muka mencuka,
dan kauiring ayahanda dengan tangis menggila.
Sekalah, meskipun abang turut berair mata; jatuh ke dalam.

Senyumlah; Tuhan memilih mereka
sebagai penghuni syurga.
Kita juga akan ke sana nanti,
bila tiba masanya.

Adikku, fahamilah kata Tuhan,
Zionis itu takkan pernah puas menyiat kulit kita hidup-hidup,
mereka binatang buas; lapar daging manusia bernama Muslim.

Adikku, jangan kaubiar pemergian bonda dan ayahanda itu buntu.
Di celahan hujan bom dan titis fosfur,
masih terlihat terang mentari dan cerah langit.
Dan abang percaya,
masa depan kita boleh seterang dan secerah itu.



Zaki Johari

Teratak Ube, Jepun


Zionis



Tanah sekangkang itu ada kuasa,
"Dari mana?" jangan ditanya
takut nanti terbang pula sarang nuclear!
Bersepah tahi-tahi dendam
tak nampak tapi terang, selindung
dalam cerah.

Tanah sekangkang dirampas dengan kejam,
beri sedikit mahu sepanjang.
Tak tahu malu kubilang, tapi aku bisu
aku diam; sebab akupun semacam jelatang.

Kamu tahu, tanah sekangkang itu dulu tandus
tapi sekarang megah menyerang, tuan tanah direjam
ditembak macam binatang.
Hei, kamu lupa kamu itu pendatang?
Menerjah sana sini macam kamu tuan,
berani cuma kerana kuasa ada di belakang.

Kamu tuli telingakah, tak dengar kanak-kanak
meraung derita di tepi jalan?
"Mana ayah? Mana ibu? Mana abang? Mana kakak?"
Langau jadi teman, hurung hamis darah!
Kasihan...
Kamu buta tangisan kecil itu adalah butiran permata?
Tak nampakkah jernihnya begitu berharga.
Kasihan...

Jerit harap itu ikhlas, dengarkan!
Tangis perit itu juga ikhlas, lihatlah!
Kemudi nafsu serakah kamu, jangan
sampai lupa diri,
aku takut bila kuasa di belakangmu berpaling,
kamu akan sehelai sepinggang lagi.

Zionis, hentikan keganasan.
Bebaskan Palestin selamanya!



dayya

PEPERANGAN 'INSAN'YANG SEMPURNA

MALAM ITU

TERLABUH NAN PERLAHAN

DENGKURAN ITU MENJADI AKHIR YANG PASTI

BURUNG-BURUNG BIRU ITU

MELEMPIASKAN AMARAH YANG MENYAKITKAN

DADA-DADA MANUSIA PALESTIN...




KESAKITAN ITU MENJADI BARAH

YANG MENGALIR ITU TETAPLAH MERAH..

HANYA ALLAH TEMPAT BERSERAH..

SEMANGAT YANG MENGALUNKAN 'ALLAHHUAKBAR'

TETAP KEDENGARAN

KERANA

ERTI JIHAD SUDAH SEMPURNA

PADA SEKALIAN JIWA MUDA..




SAUDARAKU

TEGUHLAH KITA SEPERTI POHON TIN


YANG TABAH MENANGKIS SEGALA DUGAAN

YANG HADIR MENCEKIK-CEKIK

MENIKAM-NIKAM DIBALIK BAYANG MEREKA

YANG KELIRU...




BERGEMBIRALAH WAHAI SAUDARA

KERNA KITA SUDAH SEMPURNA

SETAPAK CUMA

KITA KE SYURGA..




IN'KAANAT ILLA SOIHATAW

WAHIDATAW FA'IZA

KHUM KHOMIDUUNN..

LA HAWLAWALA QUWATAILLAH BILLAH HIL ALLIYUL AZZIMM..





Adeyl

tuhan, satu menit saja



untuk anak-anak palestina

tuhan sedang berdiri di jalur gaza
menonton barikade artileri angkara
dan parade infanteri amarah

tuhan sedang berdiri di jalur gaza
menyimak pongah manusia
dan beringas nafsu serakah

tuhan sedang berdiri di jalur gaza
menisik jerit-tangis bocah
dan koyak-moyak jenazah

tuhan sedang berdiri di jalur gaza
menjelang pagi aku berdoa:

“tuhan, segera tampung air
mata anak-anak palestina.
tuhan, ayolah, satu menit saja.”


Namakutya
bogor, januari 2009

Sampah-sampah demokrasi di Gaza



Demokrasi!

Demokrasi!

Demokrasi!

Suara-suara demokrasi telah kian hilang di Gaza
prinsip keadilan, kebebasan, maruah dan kebenaran untuk manusia
bukanlah lagi menjadi dasar-dasar perjuangan dunia ini
sebaliknya demokrasi itu kini jadi halal alat untuk ganas,
keganasan dan para pengganas bermaharajalela
membunuh jiwa-jiwa tak berdosa atas nama demokrasi
dunia hanya jadi penonton-penonton bisu dengan tangan terikat duri

Demokrasi!

Demokrasi!

Demokrasi

Pilihan untuk jadi pemimpin bangsa Palestin konon secara demokrasi
Akhirnya dikecam pemimpin dunia dan pemimpin dunia Arab yang bermuda-muka
apa bezanya demokrasi Palestin dengan demokrasi Amerika Syarikat
Barrack Hussein Obama mendapat pujian para pemimpin seluruh dunia
Hamas pula dipaksa membayar demokrasi dengan darah-darah hanyir

Demokrasi!

Demokrasi!

Demokrasi

Demokrasi tenggelam oleh ngauman peluru-peluru memekakkan dunia
Jiwa-jiwa hanyut dalam arus deras sungai berwarna merah
Kemenangan hak itu akhirnya jadi mulanya pengabaian demokratik
yang datang dari baha-bahan buangan demokrasi oleh kuasa besar dunia

Demokrasi!

Demokrasi!

Demokrasi

Dunia ini telah dengan angkuh dan sengaja menidakkan harapan mereka
dan jalan penyelesaian oleh mereka yang memahami jadi debu-debu
maka kejahilan dan putus harapan akan terus berleluasa
dunia sebaliknya memilih untuk bersikap sinis, munafik,
bohong dan khianat.

Demokrasi!

Demokrasi!

Demokrasi!

Demokrasi kini telah jadi sampah di Gaza


Upenyu
- Kuala Lumpur

Menuju Bumi Yang Membara




karena hujan bara yang melanda
di antara desau mesiu yang terus menderu
terlontar dari genggaman tangan-tangan penuh ruas angkara
penghias wajah-wajah beringas tanpa tulang rasa

maka tumbanglah tiang pemahaman
bahwa kehidupan sarang kita mengeram
berpijak di atas dahan bumi yang indah
telah menjadi legenda

tak ada lagi binar lentik pada raut mungil
terenggut sudah untaian janji yang terangkai di antara jiwa yang terkasih
hanya getar jemari penuh luka menyeka darah dan air mata
yang tiada berhenti menggenangi
di sepanjang alur yang membara, di antara timbunan ranjau yang tak terpeta

nafas-nafas semakin lemah berhembus
menuju akhir sebuah titik
dalam hitungan detik

betapa ngeri yang teramat dalam
berpadu duka yang merajam
menyelimuti bumi para leluhur
pemilik rahim kisah-kisah termashur

jika engkau ingin menuju ke sana
menjadi syuhada bersama mereka
berangkatlah dengan keteguhan langkah
semoga tidak menjadi yang sia-sia
jihadmu di bumi yang membara
di sini aku bersama do'a


Laila
8 Jan 09

Bayi



Sedang menangis seorang bayi
dalam lengan ibunya yang mati,
dari cokelat anak mata
titis air matanya bertabur
jatuh pada lantai tanah kering
yang berbau darah dan nanah.

Dengan teriakannya dia bertanya
Kenapa ibu, kau lahirkan aku untuk mati?
Kenapa Izrail, senarai kau tertinggalkah aku?
Kenapa Tuhan, Kau LUPAkan aku?

Soalannya diaju berkali
mengalahkan lolong senapang tentera
mamadamkan bingit tembakan mortar
cuma, sebelah dinding tempat ibunya mati.

.
..
...
.....
.........

Telah menangis seorang bayi
di bawah dua puting kering
meminta sehelai kafan
untuk ibunya yang tadi mati
meninggalkan lalat dan kuping.

safwanfital
5:00pagi
16-1-08
saitama-jepun
perang hari-20

Malam itu malaikat lupa datang





Malam itu malaikat lupa datang
Lupa seperti langit yang menyentap merah,
menyita gerah demi cita

Aku berdiri, aku sendiri
Menanti jawapan pada soalan yang
berpuluh malam aku nantikan

Apa itu, insan?

Malam itu malaikat lupa datang
Dan bau neraka hanya serupa harum kasturi
atas jilbab tanah yang mengubur makna diri



-Pena kita yang berjihad ke Gaza-

_theRain_
*Rumah Pena - Malam Palestine
10.00pm, January 9 '09

rahmat kedamaian.




Semalam, aku bempimpi tentang kedamaian,
gugusan manusia berkerja keras dalam dunia yang kosong.
Benar,membina kembali kontang
peradaban yang hancur lebur,
serakah moyang dahulu kala yang lupa diri
hanyut dalam kuasa peri!

Aku melihat dalam mimpiku
peradaban yang sempurna,
kedamaian dan ketenangan pada semua.
Ada senyum, manis.
Ada ketawa, gembira.
Ada airmata, syukur.
Lelah dan keringat adalah semangat,
cinta dan sayang berlapik ukhwah sejagat.

Mimpiku berkisah tentang harapan.
Tiada darah pekat, juga bingit bom hangat.
Bumi menghijau bukan lagi memerah pekat
bagai kilauan berlian dari renek peluh, di selubungi rias
sang pelangi yang tak mahu pergi.
Sungguh indah walau lelah mengiring kudrat
namun kudrat masih kuat
untuk menongkah bahagia baru
dalam gurun pembangunan insan yang
mencari tatoo bahagia
walau hingga akhirat mendatang.

Mimpiku semalam, hanya sebuah mimpi
tapi cukup memberi senyum
sepanjang hariku mengharap moga benar
akan bahagia bumi kita dalam rahmat kedamaian.


dayya

Thursday, January 22, 2009

Uncle Sam


You are not a messiah for the world
Not even a prophet
In reality, you are just a big coward

Even though you have sophisticated weapon
It never deterred our hope & determination
To free a country that have been oppressed by your tyranny

You wage war on the name of justice
Is killing innocent people is truly a way to achieve peace ?
Perhaps killing people is your hidden pleasure
Then maybe,
You are worst than Adolf Hitler


Ahnep

Toyland

We are still like children fighting for toys

Fighting for things that is not ours

The red toy car looks shinier on the other kid’s hand

The brown teddy bear looks cuter than the one we cuddled.

We wanted what is not ours.

If we can’t take it away, we cry for it.

Asking for sympathy, asking for some attention.

But all in all, demanding the same toys.



But we are not children anymore.

And war is a bloody game we played to have the things that is not ours.

And yes, the grass sometimes looks greener on the other side.

But it is not our side, not our land, not our possession, not our right to take.



But yet, we could still learn from children.

When we see that sometimes they shared their toys,

Shared for the food and water

Without knowing each other better, they played and laughed together.



For we should realized and remember,

That nothing on this earth is really ours,

Not the sky, not the sea, not the land.

And if we all could share the toys that God has given,

For this I am certain, we shall all be forgiven.

8/1/09



Mosh

Dilanda Kehilangan

Betapa aku telah terpikat binar matamu
wahai gadis kecil pengisi mimpiku

pada rautmu aku dendangkan harap
kelak menjelma sebagai buah hatiku

jemari yang selalu menimangmu
tak akan lagi terasa lembut
berpadu kehalusan kulitmu

atau kokohnya lengan perkasa
tak mampu lagi menyentuh
jatuhnya ikal rambutmu

karena engkaupun sudah tak ada
terbang jauh meninggalkan mereka
atau engkau yang pergi menyusulnya
dan hanya menyisakan gema isak di rongga dada

maafkan aku nak
tidak memelukmu di sana...


teruntuk Gaza yang di landa kehilangan


laila
maghrib, 13 jan 09

Langit Hitam di Palestina Kado Akhir "B"


Dari sini, terdengar gemuruh senjata berasap kabut sampai memutih di ruang Palestina. Kilat cepat, dentuman mengelupaskan bumi, setiap jengkalan tanah berubah menjadi merah. Nayawa-nyawa lumat bershaf-shaf dan tasbih mereka selesai tanpa dosa.

Pemakaman menjadi tidak bermakna, sengaja dicipta oleh angkara murka, mati silih mentragedi hingga nisan-nisan tidak tehitung bertuliskan syuhada. Peti-peti mati menganga, sambil bertanya berapa jumlah yang akan kaku lagi.

Teman gerimis kini mesiu yang lalu lalang di langit perih, hingga cerita pagi sepi dengan indah, di kaki langit Palestina hanya ada pesta angkara murka yang menggulung dan melipat nurani.

Palestina, merintih dalam lautan tangis yang kering air mata. Oh, Tuhan! tak ada kuasa lagi yang lurus, mereka lebih memeluk iba pada sekaleng cacacola daripada seribu nyawa di Palestina.

”Ini kado akhir dari ”B” untuk dunia”


gwsilfia
catatan Perang, 2009

DENDAM ISRAEL SALAH ALAMAT

yahudi yang zionis israel buta gelap mata
bayi, anak-anak, perempuan dan orang tua
dibombardir bau anyir, tanpa rasa iba
tentara kalap membasmi yang terlelap
tak goyah meski dikutuk seluruh dunia
dendam masa lalu membekas di sudut kolbu

ribuan tahun berkelana tanpa punya sebuah negara
katanya jutaan yahudi pernah dibantai oleh orang eropa
jika mau balas dendam mestinya ke eropa, bukan palestina
jika mau menuntut tanah mestinya ke eropa, bukan palestina
jika mau pulihkan haknya mestinya ke eropa, bukan palestina

bangsa palestina sudah berbaik hati, berbagi dengan yahudi
yahudi yang zionis israel tak perlu lagi hidup mengembara
bisa pulang kandang ke tanah yang lapang, bertetangga
dengan palestina yang arab, mestinya bisa berdamai
bukan untuk ditembaki, ratusan anak-anak mati

jangan salahkan jika suatu saat nanti tanah yahudi ditarik lagi
bangsa palestina tak mau berbagi, yahudi pun terusir kembali
seperti masa lalu melanglang jagat tak lagi punya tempat

-----
man Atek
Rumpin, 15 januari 09

Kita nantikan Salehudin Al-Ayubi




Gaza terkulai luka parah
menangis dan merintih dengan darah
malam dan siang berganti
dadamu disirami peluru-peluru syaitan
membunuh dan terus membunuh
melapah jasad manusia-manusia dengan lahap
jadi cebisan daging-daging hancur


Masih ingin lagikah
bercerita tentang kemanusiaan
bila anak-anak mongel
kini hanya jasad kaku
bergelimpangan di celah
kemusnahan jiwa manusia
dan dunia hanya
menjadi gunung-gunung bisu
konon ini untuk kesejahteraan
kaum terhina dalam sejarah dunia
darah di Gaza dibiar mengalir percuma
tanpa harga

Gaza pasti akan ulang bertanya
di mana saudara-saudara sebangsa seagama
masih nyenyak lena pada tilam empuk
sambil memeluk kemewahan dunia yang meruah
hingga maruah diri hilang
bersama debu-debu di gurun tandus
lalu bangsamu jadi bangsa yang dayus
tangan diikat, hidung dicucuk kekayaan

Gaza akan terus hidup
hanya tubuh kami mati hancur dan lerai
tapi jiwa kami masih terus subur
tersimpan pada dada-dada burung syurga

Gaza yang terluka
Sabarlah menanti hadirnya Salahudin al-Ayubi


Upenyu
Kuala Lumpur



Tak terlafaz

Hati aku sakit
Jiwa aku perit
Kesal kerana tak mampu
Melakukan sesuatu
Kerna diri ini
Seorang manusia
Yang kerdil


Namun tak tegar
Bila menyaksikan
Nyawa umat manusia
Seagama sekepercayaaan
Murah
Darah bersimbah
Nyawa tergadai
Air mata bagi mereka
Mungkin sudah kering
Lantaran terlalu banyak ditangisi


Kini segala yang terjadi
Dilalui penuh sengsara
Hanya jihad menanti mereka
Syahid satu-satunya pilihan
Buat saudara-saudara
Di bumi Palestin
Bumi dirampas
Maruah dicela
Hak diselar
Dan kita perlu bersatu hati
Berdoalah
Hanya itu senjata yang ada
Yakinlah dengan janjiNya
Keadilan pasti terbela


Adra

Pari-pari

Ini bukan dongeng fantasi
yang mana aku selaku putera raja,
segak bergaya

Ini permainan catur duniawi
yang mana aku bagaikan patung askar yang diperbodohkan,
hati kotor

Aku sesal mayat-mayat ini dijadikan kereta berkuda
ada pesta tari-menari di atas runtuhan rumah-rumah mereka
berlangitkan ketakutan tangisan
Sambil Raja yang aku sanjung ketawa,
meratah daging manusia dan meneguk air darah

Bila pari-pari datang nanti
aku mohon padanya
agar beri anak-anak itu sayap,
pinjamkan aku sayap,
agar mereka terus terbang segera ke atas sana
dan aku mahu lari dari neraka


Robot

beza kau dan aku

aku mencari ketenangan hati manusia
bila mana dia tidak lagi merasa cintanya akan kuasa
yang bisa memecah tangisan orang yang tidak berdosa tak berupaya...
namun aku tak punya ikhtiar!
hai orang tamak kau tidak tahu
betapa agungnya kedaulatan tanah ini
yang di bela oleh hati hati dan jiwa jiwa mereka yang kental
berbekalkan seketul batu lalu dilemparkan kepada kamu yang lari ketakutan
namun kerana takut kau balas dengan bedilan-bedilan kejam yang memecah tanah
kau ketawa terbahak bahak pecah perut bila mana anak kecil itu menangis
mengelepur, kulitnya panas terbakar, kudung, buta tak nampak cahaya
lalu berlari terhencut-hencut tempang...
tangisan itu bergempita sama gelodaknya bom bom berangkai zionis yang mengelabui awan biru
awan awan menjadi gelap pekat debu-debu bertaburan menusuk mata,
tanah merah menjalar, hati remuk redam, jiwa hampa, dada sebak, tangisan berderai...
namun aku terkasima seketika
betapa kuatnya jiwamu hai anak muda,
betapa bangganya seorang ayah punyai anak seperti kamu...
betapa tabahnya hatimu wahai ibu, kau relakan anakmu syahid menggengam kuat sebutir batu,
dan betapa malunya diriku kerna aku lemah tak sehebat kamu...
kata-kataku kosong bait-bait yang tak punya makna
hanya hamparan rasa yang bercampuran
yang bisa membuat aku sesak dada
membuat aku berlari menghadap langit menjerit tiba-tiba malunya rasa...
ku temui jalan buntu
telah ku katakan aku orang lemah tak bisa berbuat apa-apa
kaku, layu, lesu dengan segala ugutan palsu...
hanya luahan rasa gelodak yang tidak bermakna apa-apa
kepada kamu saudaraku walau hanya untuk meredakan kesakitan lukamu jauh sekali...
ketenangan yang ku dambarkan...
kemanisan senyuman hujan membasuh luka hitam menyapu tanah hanyir yang di simbah darah...
tapi rasa ini bagaikan jeritan di dalam lumpur tebal di bawah semak duri
di kaki gaung yang tinggi
tak bisa berbuat apa-apa
apa lagi mahu menghulurkan tangan merangkul mu wahai saudaraku...
tabahkanlah hati mu...
tabahkanlah jiwa mu...
hanya itu yang aku mampu ungkapkan kepadamu
biarpun ku tahu kau tetap terus berdiri di situ
kau tidak takut, kau tidak gentar kau tetap mara
demi maruah ini, demi tanah ini dan demi agama ini
itulah bezanya kau dan aku...


Hansie

anak kecil




sepintas lalu

dari kaca tv ke helaian akhbar ke jurnal sendiri ke mana-mana

wajah berdarahmata mu sedih

lancar di mata kumenunggu

harapan membuang pilu



Aizzattmarz

Batu

Mereka tidak pernah menyembunyikan tangan-tangan

Setiap lontaran diiringi dengan laungan

Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Setiap balingan walaupun tidak sampai

namun tetap satu tuju



Pada saat ini,

Lidah, hati dan setiap anggota mereka adalah peluru

Mereka dan batu adalah satu



Tangan-tangan yang bukan setakat menadah doa sepanjang hari

Ianya perlu disulami dengan usaha untuk pertiwi

Walaupun yang termampu hanya mengutip dan melontar batu,

mereka rela,sebelum tangan-tangan itu kaku,

berdarah dan diselimuti oleh batu-batu

serpihan bom syaitan Zionis

maka mereka dan batu kembali bersatu



Di sini kita juga kaku, membantu atau membatu?





Mokai

MERPATI KE PALESTIN


INGATLAH JIWA-JIWA JIHAD YANG SYUHADA

SETIAP DARI KEMATIANMU


DIMEDAN PENUH SEMANGAT JATI


DIRI AKAN LAHIR DARI SEKALIAN KAMU


INSAN-INSAN YANG KELAK


MENJADI BUKTI


TANGAN YANG KUKUH MENGHAYUN SENJATA


JIWA YANG SEMPURNA KEBERANIANNYA


SENTIASA DAN TERUS MENGHANTUI SETIAP JASA


DISRAEL YANG ANGKUH MEMIKUL DULANG DARAH PALESTIN


SEHINGGA HILANG MEREKA ITU


SEBAGAI TAMADUN AKHIRBANGSA YANG SONGSANG...



ADEYL

Di tengah putih selebar lukisan

Apabila kau mula berpuisi tentang Gaza
Menyusun baris laungan dan runtuhan
Mengayam rangkap lelehan darah dan airmata
Menguis bait warna langit dan deru keganasan
Yang tinggal untuk ku cuma,
Titik titik ini .....


Ditengah putih selembar lukisan
Apakah harus ku gumpal campakanya
Atau harus ku palitkan warna agar ia menjadi satu nilai..
Kerana Gaza bukan yang pertama...




-Alhaddas

ANGIN DERITA GAZA




Amat menyakitkan menatap tubuh luka,

yang berdarah.

Amat memilukan memandang sekeping hati yang menangis.

Meraung meratapi jiwa-jiwa kaku.

Kita kekadang tewas menahan benteng airmata,

melihat perjalanan hidup anak-anak mereka teruji,

mereka benar-benar lebih memahami, mengerti,

apa itu sengsara dan derita,

dibanding kita,

yang cuma diuji oleh cinta dan peperangan emosi,

yang masih boleh ditemukan penawar,

malah kita masih bisa membenih bibit-bibit cinta

dan berkesempatan untuk ketawa,

sedang mereka.....

dihadiahkan peperangan mencari siapa benar,

lalu rindu si penggali kubur jadi realiti.

Gaza..

peperangan menuntut nilai kemanusiaan

kasih sayang yang semakin tandus.

Sampai harus mengheret kecewa,

merasakan ketidakadilan dunia....


myelina_tashiro

14 Januari 2009,

Kota Kinabalu.

"PALESTIN, ZIONIS DAN MANUSIA YANG LUPA DIRI”




Khatam zikir masih belum bertemu tuan.
Saat salam sakaratul menyaring datang,
ketar seluruh jasad mendengar raungan,
lantas hati terus-terusan terkesan,
senandung ngilu sang hati peribertanya pada sekalian umat dunia,
nan entahkan sedar entahkan tidak.

Alpa apakah kira
bila jeritan bersabung letupan,
saat tangisan beranyam darurat,
kala darah menjadi air dandaging manusia enak dilapah!

Masih ada lagi yang ketawa ceria?
Menongkah dunia dengan percikan apidi awan gelap,
berpeleseran dan berpelukan,
berpeluk pinggang tak lekang,
berkongsi teguk kencing si syaitan,
gerudi bergelek hingga ke fajar.

Hati, manakah tautannya?

Tak sampaikah derita sana,
untuk airmata mengalir dari hati,
kebas terus ke liang nadi,
biar sampai nanti tak ada kisah
dalam sejarah menjadi hitam bersegi.

Salam zikir masih belum mahu berhenti,
walau sayup-sayup bedil bom menyaring lagi.
Masih di dalam hati mengharap agar
lewat esok pagi,
hitamlah langit mengait sayap beburung Ababil,
dan air tangis si kecil menjadi api
terus menjadi peluru membedil

Zionis,juga manusia-manusia yang lupa diri.



dayya

Tentang

"Kak, pagi tadi aku lihat langit sangat gelap."



Adikku, kakak ingin mengatakan, kalau penghulu langit lagi muram.

Sabar.

Mungkin dia lupa melobi cerah.

Kau berlari-lari, mencuba terbangkan layang-layangmu sekali lagi.



Angin tidak ramah, sayang.

Marilah kita pulang.

Kakak akan menidur tenangmu.



Adikku, Gaza.

Bunda sudah lama meninggalkan kita.

Kau jangan nakal.

Hamas, ayah kita juga sudah pergi.

Mati memperjuangkan emas keluargadi tangan pemiutang tega.



Tapi, kakak akan tetap hidup sayang.

Untuk kita.

Sini, kakak peluk.

Kau harus membesar, belajar pintar.

Di luar itu, penuh manusia syaitan yang berwatak malaikat.

Bantu kakak, kita lunaskan mimpi damai....




*January 13, 09

sungai merah



Mungkin kita tidaklah bersih

ketika melihat darah berkocak

pada lelah sungai

pekat merah itu persis warna ufuk barat

waktu beduk maghrib.

Mungkin memang kita tidak bersih,

ketika melepaskan lelah melihat kotor merah

meluahkan gusar resah gelisah

tentang masa depan petak sawah

senang tidak, terus menyumpah seranah.


Tapi sucikah?

Bila tenang berwuduk dengan sungai itu di hilir

sedang di hulu anak dipancung,

ibu dipasung

saudara digantung,

perang menyabung


tiada siapa hairan,

tiada siapa perasan.



apunpital

6:46amsaitama-jepun

Gaza, dan kita

Gaza dan kita

Kita menonton Gaza dengan mulut geram
berbekal secawan capucino panas
di restoran Starbuck

Kita lihat pohon-pohon Zaitun
patah satu-satu di Gaza
sambil menghembus asap panjang
dari rokok buatan amerika

Seperti biasa
kita hanya mengeluh simpati
Gaza pun ternoda lagi
entah untuk kali ke berapa

Kita hanya penonton
melihat darah-darah hanyir
mengalir laju
tanpa setitik rasa pada mata dunia

Merah mulut serigala gila
belum puas membaham
rakus meratah tubuh tak berdaya

lalu kita tambah secawan lagi capucino
sambil menghentak meja simpati



Upenyu
Kuala Lumpur


Maaf Dari Palestin



Maafkan kami, Palestin,
tika darahmu mengalir di bumi sendiri dan kering dibakar mentari,
tulangmu bersepai dibedil serakah Zionis,
jerit pekikmu bergema di dada langit,
hilai tawamu ditelan bom dan fosfur putih;
jiwa kami sedang berpadu dengan nafsu,
bercinta dengan dunia,
sambil beramal pohon restu untuk bahagia nanti.

Maafkan kami, Palestin,
andai pecah peti suaramu memanggil nama Tuhan,
putus salur darahmu berkorban demi Tuhan;
kami juga sedang berperang,dengan nafsu yang lebih besar dari jihadmu, Palestin.

Maafkan kami, Palestin,perang kita berbeza medan,
kami sibuk berasak di sini,
dikau digasak sana sini.

Maka, bila hanya doa mampu dihantar pengganti kami; senjataterkuat kita,
hantarkan kembali doa buat kita berjaya sama,bersama maaf dari Palestin.


Zaki Johari
Teratak Ube, Jepun